Lusi Puspita Sari

Pages

  • Beranda

Total Tayangan Halaman

About Me

Foto Saya
Lusi Puspita Sari
Aku adalah aku
Lihat profil lengkapku

Followers

Blog Archive

  • ▼  2017 (3)
    • ▼  Maret (3)
      • ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
      • Gejala Dan Problematika Dalam Penyusunan Kalimat
      • Saat Kehilangan Papa
  • ►  2013 (4)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Maret (3)
  • ►  2011 (3)
    • ►  Desember (3)
Senin, 06 Maret 2017

Saat Kehilangan Papa


Kamis, 25 November 2010, pagi itu aku sedang kuliah tiba-tiba,  kakak menelpon dari di kampung mengabarkan bahwa papa masuk rumah sakit. Saat mendengar kabar tersebut air mataku tak tertahan lagi. Aku langsung  meminta izin untuk pulang, pulang ke rumah kakakku dimana aku tinggal disana sejak kuliah di Pekanbaru. Baru sampai di rumah, kakakku yang pertama yang tinggal di Jakarta mengabari bahwa papa sudah tidak ada lagi. Papa menghembuskan nafas terakhir di RSUD Pariaman sekitar jam 12 siang.  Aku tidak bisa menahan tangis lagi hati terasa begiru hancur kehilangan orang yang sangat di hormat, orangyang sangat menyayangiku yang rela melakuan apa saja demi kebahagiaanku. Dimana saat aku sekolah dulu beliau selalu mengantar dan menjemputku sekolah meskipun hari hujan. Jika waktunya sudah pulang sekolah dan aku belum juga pulang beliar sangat mencemaskanku.
Siang itu sekitar jam 2 siang aku dan kakak beserta keponakanku berangkat ke kampung. Saat di atas mobil aku terus menagis, perut tidak terasa lapar walaupun paginya memakan semangkok mie instan. Sekitar jam 8 malam kami sampai di kampung, kami di sambut dengat hati yang begitu menyedihkan. Aku memeluk ibu dan menangis di pelukan ibu, Lalu aku mendekati papa yang terbaring di tengah rumah dan membacakan yasin untuk papa. Sejam kemudian kakak-kakakku dari Jakarta sampai dirumah juga seperti aku yang hanya bisa menangis melihat  jasad papa yang terbaring di tengah ruangan rumah.
Besoknya Jumat,  26 November 2010, orang pada datang untuk melayat. Sekitar  jam 9 pagi papa di mandikan dan saat itu kakak  juga saya yang dari jakarta. Karna malamnya tidak dapat tiket pesawat terpaksa dia pulang  paginya. Dia langsung menuju tempat dimana papa di mandikan dak tidak bisa menahan air mata lagi. Setelah selesai dimandikan lalu papa di kafankan. Setelah dikafankan saya dan keluarga, beserta beberapa ustad dan tetangga ikut menyalatkan.
Saya dan keluarga pergi mengantar tempat peristirahatan papa terakhir yaitu ke kuburan yang tidak jauh dari rumah. Saya mencoba tabah menerima kenyataan bahwa papa telah di panggil oleh yang maha kuasa. Tepat  jam 12 siang papa selesai dikuburkan, kami sekeluarga menaburkan bunga ke kuburan papa. Lalu ustad membacakan doa dan saya ikut juga membacakan doa beserta keluarga. Setelah itu kami meninggalkan tempat peristirahatan papa terakhir dan menuju ke rumah.
Semua keyataan itu masih terasa mimpi, dimana kehilangan sosok yang sangat di hormati dan disayangi. Semua itu harus diterima dengan ikhlas bahwa makhluk di dunia tidak ada yang abadi, semua milik allah akan kembali kepada-Nya. Saya harus merelakan kepergian papa untuk selamanya padahal saya belum sempat membagiakan papa, munkin yang dapat  saya lakukan saat ini adalah mendoakan papa supaya tenang di alam sana dan membuat papa bangga.
Diposting oleh Lusi Puspita Sari di 05.44
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Copyright © 2012 Lusi Puspita Sari |